CABE-CABEAN:
REDUPLIKASI ATAU AKRONIM?
Memasuki tahun 2014, media semakin dihebohkan
dengan istilah ―cabe-cabean. Bahkan, sempat diparodikan pada
25 Januari 2014 dalam acara ILK (Indonesia Lawak Klub) di
salah satu stasiun televisi swasta. Istilah cabe-cabean ini
muncul dan diperkenalkan tahun 2013 oleh anak-anak muda,
khususnya anak-anak pelajar SMP dan SMA di Kota Jakarta.
Cabe-cabean berarti cewek-cewek yang suka nongkrong di
arena balap motor. Sayangnya, siapa yang pertama kali
menemukan istilah cabe-cabean tidak jelas asal-usulnya.
Seiring waktu berjalan, makna cabe-cabean semakin
meluas. Young Lex, seorang rapper muda, memerikan secara
terperinci sepuluh ciri ―cabe-cabean, yakni (1) pakai behel
untuk bergaya, (2) Sabtu malam ber- make-up, (3)
berboncengan motor bertiga atau berempat, (4) suka kebut-
kebutan, (5) segala sesuatu di-update dan memakai rok di atas
perut, (6) cabe sering kali teriak cabe, (7) malam mingguan di
pasar malam, (8) pacaran di fly over, (9) tidak terima dengan
keadaan, dan (10) berbaju ketat, bercelana pendek, naik motor.
Lantas, apa hubungannya cabe dengan sepuluh ciri
cabe-cabean tersebut?
Merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cabe
(seharusnya ditulis cabai) berarti 1 ‗tanaman perdu yang
buahnya berbentuk bulat panjang dengan ujung meruncing,
apabila sudah tua berwarna merah kecokelat-cokelatan atau
hijau tua, berisi banyak biji yang pedas rasanya‘; 2 ‗buah cabai‘
(biasa dibuat sambal atau campuran sayur). Intinya, cabe
berkaitan dengan sesuatu yang pedas dan hot. Baik, barangkali
ini berterima dan dapat dinalar oleh kita. Namun, apakah
berterima juga dengan kriteria cabe-cabea yang disebut di
atas dengan keadaan sesungguhnya?
Selanjutnya, kata cabe kita jadikan reduplikasi menjadi
Cabe-cabean (kata ulang berimbuhan). Akhiran –an dalam
kata ―cabe-cabean‖ bermakna gramatikal ‗menyerupai‘ atau
‗tiruan‘ seperti halnya ―mobil-mobilan‖ yang berarti ‗mirip
mobil‘ atau ‗mobil bohong-bohongan‘. Nah, apakah ―cabe-
cabean‖ juga mirip dengan cabe? Tidak ada korelasi yang
konkret bila hanya merujuk pada makna hot dan pedas kecuali
bila memang mereka berpakaian mirip cabe, barangkali itu akan
lebih konkret.
Selain sebagai leksem yang dapat direduplikasi,
ternyata cabe juga merupakan sebuah akronim dari ‗cewek alay
bisa ehem‘ atau ‗cewek alay bahan ew**an‘. Makna ‗ehem‘ dan
‗ew**an‘ di sini bermakna ambigu dan berkesan memaksa.
Kalau dilengkapi, akronim ―cabe-cabean‖ berarti ‗cewek alay
bisa ehem‘-‗cewek alay bisa eheman‘. Akronim ini sangat
mengganjal bagi pengguna bahasa karena ada unsur
pengulangan—saya tidak pernah menemukan akronim yang
berbentuk kata ulang seperti ini. Sebelumnya ada kata alay
(anak layangan), jablay (jarang dibela[i]), dan KEPO (knowing
every particular object). Ketiga kata ini masih berterima
sebagai akronim.
Dalam buku pedoman Ejaan yang Disempurnakan
(EYD), pembentukan akronim memiliki dua syarat: (1) jumlah
suku kata akronim jangan melebihi suku kata yang lazim pada
kata Indonesia dan (2) akronim dibentuk dengan mengindahkan
keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan
pola kata Indonesia yang lazim. Istilah ―cabe-cabean‖
sebenarnya memiliki kedua syarat tersebut, hanya bentuk
reduplikasinya saja yang taklazim, yakni reduplikasi
berakronim.
Bila ingin dijadikan akronim yang jelas, cukup dengan
kata CABE (ditulis kapital seluruhnya karena bentuk singkat
gabungan huruf awal) bukan CABE-CABEAN. Nah, sekarang
muncul lagi jenis ―cabe-cabean‖ yang lain, yakni (1) ―cabe ijo‖:
tipe kelas ini biasanya anak SMA gaul di Jakarta yang sering
nongkrong di tempat yang lagi hits. Dandanannya mentereng
dan sangat ingin dipandang dewasa; (2) ―cabe merah‖: kategori
ini biasanya kongkow di klub yang ada di sekitar Kemang,
Jakarta Selatan. Namun, konon sebelumnya, mereka nongkrong
dulu di swalayan; (3) ―cabe oranye‖: tipe gadis jalanan yang
biasa nongkrong sambil menonton balapan liar. Ketika sore, ia
senang sekali naik motor berboncengan tiga, tidak memakai
helm, serta sambil cekikikan memainkan HP.
Lantas, apakah penambahan kata ijo, merah, dan
oranye di atas memiliki korelasi dengan kata cabe? Atau
ketiganya akronim? Entahlah.
Repost karya kang Encep Abdullah
-Riduan